Pradeka Brilyan P

www.merajutmakna.blogspot.co.id and www.dakwatuna.com/author/deka/#axzz3tsNrR8Ji
Find me at https://www.facebook.com/deka.emangbrilyan or https://twitter.com/PradekaBrilyanP
About Me
Mahasiswa Sebuah Perguruan Tinggi di Kota Bogor. Sangat suka dengan membaca dan menulis. Menyukai dunia kepenulisan karena berharap paling tidak ada suatu karya yang bisa dihasilkan dan bermanfaat bagi orang lain. Ke depannya berharap bisa menulis sebuah buku. Penulis saat ini juga bercita-cita menjadi seorang dosen.

Jumat, 21 Agustus 2015


Cintalah..
yang memungkinkan kita
mengubah dunia kita
menjadi sepenggal firdaus..
~Anis Matta~

Begitulah kata beliau ustadz Anis Matta dalam Serial Cintanya. Seperti angin yang membadai, tak terlihat hanya bisa dirasakan, tapi dahsyat.

Rabu, 25 Maret 2015

Sebuah buku yang mengajarkan kepada kita mengenai jalan dakwah yang panjang jalannya (Thulut thariq), hambatannya banyak (Kasratu aqabat), dan pengikutnya sedikit (Qillatu rijal).

Dengan karakteristik jalan dakwah yang demikian mengapa kita tetap memilih jalan tersebut?
Mengapa mereka mampu untuk terus terus bertahan dalam jalan tersebut?

Buku ini "Beginilah Jalan Dakwah Mengajarkan Kami" akan menguraikannya secara jelas.

Kami memilih jalan ini karena kami memang membutuhkan. Bukan hanya sekadar rasa membutuhkan bahkan lebih, karena kami melangkah di jalan ini merupakan bagian dari rasa syukur kami atas hidayah Allah kepada kami. Kami memilih jalan ini karena kami ingin seperti para pendahulu kami di jalan ini yang telah banyak memperoleh pahala dan keridhaan Allah karena peran-peran dakwahnya.

Demikianlah, pada dasarnya dakwah ini adalah sebuah estafet perjuangan. Sebagaimana dakwah yang diserukan para nabi terdahulu, dilanjutkan dan disempurnakan dengan dakwah yang diperjuangkan Rasulullah Saw dan terus berlanjut hingga para juru dakwah yang berjalan di atas jalan perjuangannya di hari ini. Dalam jalan dakwah ini kami ingin menjadi batu bata dari bangunan dakwah ini. Sebuah bangunan yang telah dirintis oleh para anbiya dan orang-orang shalih.

Kami sering mendengar dan mengatakan bahwa jalan dakwah ini adalah jalan yang ditempuh para nabi sehingga kami pun menyadari bahwa karakter perjalanan ini bukan perjalanan yang nikmat dan nyaman. Tapi inilah jalan yang sudah kami pilih untuk kami lalui dalam hidup dan menuju kebahagiaan di akhirat. Ya, “Hazihii sabilii” (inilah jalanku). Jalan yang menjadikan kami tidak mudah terkesima dan tergoda dengan roma kemaksiatan dunia. “Hazihii sabilii”, jalan para nabi, para shalihin, para shiddiq
iin, para syuhada yang ingin menjadi pendamping Rasulullah di surga.


Ya ayyuhal ikhwah, inni uhibbukum fillah...

Persaudaraan..sebuah anugrah terindah yang Allah berikan bagi sesama muslim dimana Allah mempersatukan hati dalam cahaya iman. Ya..iman inilah yang mengikat hati setiap muslim dan saling bercengkrama akrab.

Kata Sayyid Qutb dalam Fii Zhilaalil Qur’an iman itu memang ajaib. “Ketika telah meresap dalam hati, ia akan menjadikan hati itu dipenuhi rasa cinta dan kasih sayang di antara sesamanya. Yang keras beralih lunak, yang kasar menjelma lembut, yang kering berubah jadi basah, yang liar menjadi jinak. Ia-ia berjalin kelindan di antara sesamanya dengan jalinan yang kokoh, dalam, dan empuk.

Tiba-tiba pandangan mata, sentuhan tangan, pembicaraan, gerak anggota badan, dan getar hati menjadi sebuah simfoni. Nyanyiannya merdu, diiringi saling pengertian, saling menyayangi, saling setia, tolong membantu, luasnya jiwa, dan sikap lapang dada. Tak ada yang mengetahui kegaiban himpunan hati ini, kecuali Dia yang telah mempersatukannya. Tak ada yang merasakan indahnya kecuali hati-hati itu sendiri. Mereka berikrar untuk bermesra dijalan-Nya.

“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara” (QS. Al- Hujurat : 10) “..Dan Allah yang mempersatukan hati para hamba beriman” ( (QS. Al-Anfaal : 63).

Saudaraku, kita bisa belajar makna persaudaraan dari musa..

Cobalah tanyakan pada musa tentang makna persaudaraan, tentu dia memiliki sebaik-baik jawaban. 

Ketika beban kerasulan diamanahkan kepadanya dan ketika ia harus menyampiakan kebenaran pada Fir’aun, dia tahu itu bukan hal yang mudah. Dan musa pun mengadu pada Allah akan kesulitannya “Dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku agar mereka mengerti perkataanku” (QS. Taha : 27-28). 

Berbicara menyampaikan kebenaran memang bukan hal yang mudah bagi musa maka ia mengadu akan kesulitannya dan memohon agar dia dibantu untuk menyampaikan risalah ini “Dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku” (QS. Taha : 29). Dan akhirnya Allah menjadikan Harun sebagai saudara Musa yang menguatkannya, yang menopangnya dan yang menjadi saudaranya mengemban risalah “yaitu Harun, teguhkanlah kekuatanku dengan adanya dia dan jadikanlah dia teman dalam urusanku” (QS. Taha : 30-32).

Begitulah persaudaraan maka tetaplah saling menjaga dalam kebaikan, saling menasehati ketika yang lain khilaf, saling menguatkan ketika yang lain lemah, saling menyayangi, saling mengasihi dan saling berlembut hati. Sebagaimana sabda rasulullah “seorang mukmin bagi mukmin lainnya laksana bangunan, satu sama lain saling menguatkan” (Muttafaq Ilaih).

Maka “Persaudaraan adalah mu’jizat, wadah yang saling berikatan dengannya Allah persatukan hati-hati berserakan. Saling bersaudara, saling merendah lagi memahami, saling mencintai, dan saling berlembut hati”  (Sayyid Qutb).

Teman-teman akrab pada hari itu sebagian dari mereka menjadi musuh bagi yang lain kecuali orang-orang bertakwa” (Az Zukhruf : 67).

- WE are muslim WE are family –